INOVASI PENGEMBANGAN AKUAPONIK: MENCIPTAKAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM BUDIDAYA AKUAPONIK

Seiring dengan perkembangan zaman dan juga teknologi, tentunya berdampak pada kemajuan dalam berbagai hal. Salah satunya adalah adanya inovasi-inovasi dalam bidang budidaya tanaman. Misalnya, pada budidaya dengan penerapan sistem akuaponik. Ternyata, meskipun akuaponik termasuk kedalam cara budidaya yang modern (urban farming), namun sudah banyak loh orang yang menciptakan inovasi-inovasi pada teknik budidaya tersebut. Nah, pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang pengembangan inovasi dalam budidaya Akuaponik loh. Yuk simak artikel ini:

 Pengembangan Inovasi Akuaponik Kontrol Jarak Jauh

Gambar ini memiliki atribut alt kosong; nama filenya adalah 1*8CV9Kuj61bAf3CCWDnwZNA.png

Pengembangan akuaponik kontrol jarak jauh ini dikembangkan oleh M Faqih, Amalia Azhari, dan Davidy yang merupakan mahasiswa Politeknik Negeri Jember. Inovasi tersebut berupa tanaman yang memanfaatkan tenaga surya dan sistem kontrol lewat jarak jauh. Inovasi tersebut dibuat saat mengikuti program kompetisi bisnis mahasiswa Indonesia dengan budidaya sayuran dan ikan berbasis akuaponik.

Perbedaan akuaponik dengan hidroponik adalah ada pemanfaatan ikan pada air yang didistribusikan ke tanaman. Cara tersebut dipakai, karena akuaponik merupakan suatu kombinasi sistem akuakultur dan budidaya tanaman hidroponik yang menggunakan nutrisi dari amonia hasil metabolisme ikan. Menurut Davidy, sistem akuaponik dapat meminimalisir limbah nitrogen dan sisa metabolisme ikan. Teknologi akuaponik merupakan alternatif untuk mendapatkan hasil pertanian dan perikanan secara bersamaan. Teknologi ini merupakan teknologi terapan hemat lahan dan air, sehingga dapat dijadikan sebagai model perikanan di lahan sempit.

Alasan memilih bidang pertanian adalah dikarenakan selama ini pertanian menjadi sektor penopang pembangunan nasional. Apalagi, pertanian selalu dianggap sebagai bidang inferior dan kotor. Sehingga dengan mengangkat tema pertanian agar generasi muda tidak lagi menganggap pertanian adalah sektor yang tidak menjanjikan. Sedangkan alasan memilih inovasi kontrol jarak jauh dikarenakan mereka ingin menciptakan inovasi yang memudahkan user. Sehingga, meskipun user sedang sibuk namun tetap bisa melakukan kegiatan budidaya dengan aplikasi kontrol jarak jauh tersebut. Pengendalian jarak jauh lewat HP tersebut terinspirasi saat mengikuti pertukaran mahasiswa di Tiongkok. Davidy mencoba mengaplikasikan ide tersebut selalu gagal dan gagal. Akhirnya, mahasiswa Jurusan Manajemen Agrobisnis tersebut mulai membentuk tim dan bekerjasama sampai akhirnya berhasil.

Yang menjadi inovasi adalah dalam pengontrolan instalasi akuaponik, tidak perlu langsung ke lokasi. Namun hanya cukup menggunakan HP dan tenaga surya saja. Peralatan yang digunakan meliputi pompa, TDS meter, sensor, Arduino Wemos D1, wifi, dan solar cell. Sehingga inovasi tersebut sangat ramah lingkungan.

Aplikasi Mobile untuk Pertanian Akuaponik

Gambar ini memiliki atribut alt kosong; nama filenya adalah 1*thRpn0zN-duknxlOv8Samg.png

Salah satu mahasiswa semester akhir Universitas Teknokrat Indonesia, Dian Rani Wijaya berhasil merancang aplikasi mobile untuk pertanian akuaponik. Dimana, sistem akuaponik merupakan cara budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman. Menurut Dian, Aplikasi yang dibuatnya tersebut dapat membantu pengembangan pertanian rumahan (home farming). Aplikasi tersebut dianggap dapat dijadikan solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan mandiri ditengah keterbatasan lahan. Aplikasi rancangan Dian berisi panduan bagi masyarakat awam tentang langkah-langkah memulai kegiatan pertanian akuaponik. Selain itu, didalam aplikasi tersebut juga dapat membantu dalam mengatur jadwal bercocok tanam. Dengan memasukkan tanggal tanam, aplikasi tersebut akan mengolah data dan menyajikan tanggal yang tepat untuk langkah selanjutnya, seperti memberi pupuk, mengecek kadar nutrisi, hingga panen. Melalui aplikasi itu, masyarakat diharapkan semakin cerdas memanfaatkan lahan yang terbatas untuk menghasilkan bahan pangan secara mandiri.

Inovasi “Sistem Ras Ganda” dari INAPRO

INAPRO mendemonstrasikan teknologi ‘RAS ganda’ di Jerman, Spanyol, Belgia dan Cina. Diperkirakan, saat memasuki tahun 2050 maka akan terjadi peningkatan permintaan akan makanan yang diperkirakan meningkat sampai 60%. Selain itu, juga akan berdampak pada kebutuhan air yang juga meningkat. Salah satu teknik budidaya pertanian yang bisa menghemat penggunaan air adalah sistem budidaya akuaponik. Akuaponik merupakan kombinasi dari konsep akuakultur dan juga hidroponik. INAPRO membuat sebuah inovasi yang disebut dengan Recirculation Aquaculture Systems (RAS), yang merupakan sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah air. Sehingga, penggunaan pestisida, antibiotik, dan hasil limbah pupuk sangat berkurang.

Sebuah proyek penelitian yang berbasis di Berlin, INAPRO, membuktikan manfaat akuaponik, atau yang disebutnya sistem “RAS ganda”: Unit ikan dan tanaman dijalankan secara mandiri, dengan tangki penyangga di antara keduanya, dan semuanya diletakkan untuk penggunaan yang baik. Sayuran dipupuk dengan air yang kaya nutrisi dari ikan yang melalui proses filtrasi terlebih dahulu. Jumlah limbah yang harus dibuang berkurang, dan sedikit tambahan pupuk yang dibutuhkan untuk tanaman. Air kondensasi dari unit tanaman dikumpulkan dan disalurkan ke tangki ikan, mengurangi jumlah air bersih yang dibutuhkan setiap hari.

INAPRO mengklaim metode ini secara drastis memotong masukan air harian dari 10% dari total air yang bersirkulasi dalam RAS konvensional, menjadi hanya 1–3%. Proyek kolaboratif empat tahun ini berjalan di bawah bimbingan Dr. Daniela Baganz dan Prof.Dr.Werner Kloas di Leibniz-Institute of Freshwater Ecology and Inland Fisheries di Forschungsverbund Berlin e.V. (IGB), di Jerman. Untuk membuktikan bahwa sistem INAPRO dapat beradaptasi dengan lokasinya, dan layak secara ekonomi di iklim yang berbeda, proyek menjalankan lokasi percontohan di Jerman, Spanyol, Belgia dan Cina.Selama fase pengujian saat ini, INAPRO membuktikan kelayakannya dalam skala yang lebih besar dalam kondisi geografis dan iklim yang berbeda. Spesies ikan yang dipilih untuk dibudidayakan bergantung pada negaranya. Di Jerman menggunakan lele dumbo, di Spanyol dan Cina menggunakan ikan tilapia sedangkan di Belgia menggunakan pike perch.

Referensi:

https://radarjember.jawapos.com/pendidikan/27/11/2019/mahasiswa-polije-ciptakan-aquaponik-kontrol-jarak-jauh/amp/

https://www.teknokrat.ac.id/berita-3/277-mahasiswa-buat-aplikasi-akuaponikmahasiswa-buat-aplikasi-akuaponik

https://www.aquaculturealliance.org/advocate/innovative-aquaponics-system-frugal-with-fluids/


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akuaponik: Apa itu Siklus Nitrogen Dan Bakteri Starter?

STRATEGI PEMASARAN STP PADA PRODUK BUDIDAYA AKUAPONIK

[BISquad TEAM PAMIT]