Deep Water Culture (DWC), Model Akuaponik Andalan Pembudidaya

Deep Water Culture atau yang bisa disebut juga dengan DWC menjadi salah satu model akuaponik yang unik! Wah, menarik bukan? Model ini juga menjadi salah satu model yang sering diaplikasikan oleh pembudidaya akuaponik karena sistemnya yang mudah dan sederhana. Lalu, kira-kira apa saja karakteristik yang harus diperhatikan jika kita akan menggunakan model ini? Bagaimana cara kerjanya? Serta apa saja yang menjadi ciri khas model tersebut? Kali ini, kita bahas secara detail model Deep Water Culture ini yuk!

(Source: flickr.com)

MODEL AKUAPONIK DWC

Deep Water Culture termasuk dalam model budidaya berbasis rakit (raft technique), sehingga model ini juga dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Rakit Apung. Model ini cukup sederhana dikarenakan tanaman yang dibudidayakan dibuat terapung di atas rakit yang telah diberi lubang sesuai dengan ukuran pot tanaman. Istilah Deep Water Culture disematkan dalam metode ini karena akar tanaman terendam dalam larutan air yang kaya akan oksigen dan nutrisi. Nutrisi sangat berperan dalam setiap metode akuaponik, tidak terkecuali dalam model ini. Kebutuhan nutrisi dan oksigen dapat dipenuhi melalui kolam ikan yang diintegrasikan dengan sistem budidaya tanaman di atasnya. Deep Water Culture juga menjadi salah satu sistem yang paling sering digunakan dalam budidaya tanaman komersial dan skala yang lebih besar (Untara, 2014).

CARA KERJA

(Source: gardendery.com)

Menurut (Prambudi, 2017) cara kerja sistem ini yaitu dengan memompa air yang berasal dari tangki ikan menuju sistem filtrasi. Dimana, setelah melewati proses filtrasi, air akan dipompa menuju rakit apung yang berisi tanaman. Rakit apung yang dimaksud adalah tempat terapung yang digunakan menjadi media tanaman dan umumnya terbuat dari gabus (Styrofoam/Kayu/Bambu). Pada sistem Deep Water Culture, hal utama yang harus diperhatikan adalah air di dalam talang atau gully harus tersaring dari limbah padat apapun sebelum menyentuh tanaman serta kolam ikan dan kolam tanaman harus dipisahkan. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya media pertumbuhan dan mengacu seperti sistem tanam “Aeroponic”.

Terdapat 3 jenis metode dalam penerapan DWC :

· Dengan Mesin

Sistem yang menggunakan mesin, harus memperhatikan agar pompa tetap dalam keadaan menyala selama 24 jam atau selama akar tanaman tidak kering. Hal tersebut mencegah adanya pembusukan dan kematian pada tanaman.

· Tanpa Mesin

Pada DWC tanpa mesin, model ini hanya menggunakan “rakit apung” yang diletakkan diatas permukaan air kolam.

· Kombinasi

Penggunaan kombinasi antara metode dengan mesin dan tanpa mesin sangat dianjurkan karena bisa lebih optimal baik dari segi biaya maupun teknis perawatannya.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Kelebihan:

· Tanaman mendapat suplai air dan nutrisi secara terus menerus.

· Lebih menghemat air dan nutrisi.

· Mempermudah perawatan karena tidak perlu melakukan penyiraman.

· Biaya pembuatan cukup murah.

Kekurangan:

· Oksigen akan susah didapatkan tanaman tanpa bantuan alat seperti aerator atau airstone.

· Akar tanaman lebih rentan terhadap pembusukan.

· Tidak cocok untuk tanaman berat, besar atau menjalar.

· Suhu air sering menjadi hangat dan berpengaruh pada kondisi perakaran.

TANAMAN YANG SESUAI UNTUK SISTEM DWC

(Source: majalahasri.com)

Tanaman yang paling cocok untuk dibudidayakan dengan sistem DWC adalah tumbuhan yang memiliki umur panen singkat seperti varietas selada. Tanaman yang umum dibudidayakan dengan menggunakan metode ini adalah tanaman sayuran, khususnya selada (lettuce) sehingga ada juga yang menyebut kultur Rakit Apung ini dengan sebutan Lettuce Culture. (Max, 2019).

Referensi

https://hidroponiq.com/2014/07/deep-water-culture-dwc/

Max. 2019. Deep Water Culture (DWC) — The Definitive Guide. Tersedia di https://www.greenandvibrant.com/deep-water-culture (diakses pada tanggal 14 Juli pukul 12.00 WIB).

Prambudi, K.A. 2017. Aquaponic — 2 Sistem Budidaya Terpadu. Tersedia di https://kokakurui.wordpress.com/2017/10/17/aquaponic-2-sistem-budidaya-terpadu/ (diakses pada tanggal 14 Juli pukul 12.00 WIB).

Untara, T. 2014. Pertanian Modern. Tersedia di http://berkebunhidroponik.go.id (diakses pada tanggal 14 Juli pukul 12.00 WIB).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akuaponik: Apa itu Siklus Nitrogen Dan Bakteri Starter?

STRATEGI PEMASARAN STP PADA PRODUK BUDIDAYA AKUAPONIK

[BISquad TEAM PAMIT]